Sistem Pakar : Mengidentifikasi Kerusakan Gangguan Sambungan Telepon PT. TELKOM (Studi Kasus)

Sistem Pakar
Sistem pakar merupakan salah satu bidang teknik kecerdasan buatan yang cukup diminati karena
penerapannya diberbagai bidang baik bidang ilmu pengetahuan maupun bisnis yang terbukti sangat
membantu dalam mengambil keputusan dan sangat luas penerapanya. Sistem pakar adalah sustu
sistem komputer yang dirancang agar dapat melakukan penalaran seperti layaknya seorang pakar pada
suatu bidang keahlian tertentu (Shelly, 1990; Setiawan, 1993; Margianti,1995).

A. Ciri-ciri sistem pakar
Ciri-ciri sistem pakar adalah sebagai berikut:
1. Terbatas pada domain keahlian tertentu.
2. Dapat memberikan penalaran untuk data data yang tidak pasti.
3. Dapat mengemukan rangkaian alasan-alasan yang diberikannya dengan cara yang dapat dipahami.
4. Berdasarkan pada kaidah/rRule tertentu.
5. Dirancang untuk dapat dikembangkan secara bertahap
6. Keluaranya bersifat anjuran.

Komponen sistem pakar terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Knowledge Base (Basis Pengetahuan)
Knowledge Base merupakan inti dari program sistem pakar karena basis pengetahuan itu merupakan
presentasi pengetahuan atau knowledge representation basis pengetahuan adalah sebuah basis data yang menyimpan aturan-aturan tentang suatu domain knowledge/pengetahuan tertentu. Basis
pengetahuan ini terdiri dari kumpulan objek beserta aturan dan atributnya (sifat atau cirinya). Contoh :
If hewan merupakan sayap dan bertelur then hewan jenis burung.
2. Working Memory (Basis Data atau Memori Kerja)
Working memory adalah bagian yang mengandung semua fakta-fakta baik fakta awal pada saat
sistem beroperasi maupun fakta-fakta pada saat pengambilan klesimpulan sedang dilaksanakan
selama sistem pakar beroperasi basis data berada di adalam memori kerja.
3. Inference Engine (Mesin Inferensia)
Inference Engine adalah bagian yang menyediakan mekanisme fungsi berfikir dan pola-pola
penalaran sistem yang digunakan oleh seorang pakar.
– Mekanisme ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya akan mencari jawaban
atau kesimpulan yang terbaik.
– Mesin ini akan dimulai pelacakannya dengan mencocokan kaidah-kaidah dalam basis
pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada dalam basis data.
Dua teknik Inference, yaitu:
a. Backward Chaining (Pelacakan kebelakang)
Melalui penalaranya dari sekumpulan hipotesis menuju fakta-fakta yang mendukung
tersebut,jadi proses pelacakan berjalan mundur dimulai dengan menentukan kesimpulan yang
akan dicari baru kemudian fakta-fakta pembangun kesimpulan atau a Goal Driven.
b.Forward Chaining (Pelacakan ke depan)
Forward Chaining merupakan kebalikan dari Backward Chaining yaitu mulai dari kumpulan
data menuju kesimpulan. Suatu kasus kesimpulannya dibangun berdasarkan fakta-fakta yang
telah diketahui atau data driven.
4. User Interface (Antarmuka Pemakai)
Antarmuka pemakai adalah bagian penghubung antara program sistem pakar dengan pemakai.
Pada bagian memungkinkan pengguna untuk memasukkan instruksi dan informasi ke dalam sistem
pakar serta menerima penjelasan dan kesimpulan.
B. Kategori Umum Dari Sistem Pakar
Berdasarkan penggunaanya sistem pakar diklasifiksikan menjadi dua bagian yaitu
Kategori Masalah yang diselesaikan.
Diagnosis Menduga kegagalan sistem dari observasi
Contoh: Mendiagnosa kerusakan mesin mobil.
Interprestasi Menduga gambaran situasi dari observasi.
Prediksi
Menduga akibat yang mungkin terjadi dari situasi
tertentu.
Contoh: Prediksi Cuaca besok berdasarkan data-data
sebelumnya.
Perencanaan Mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan
tertentu.
Monitoring Membandingkan observasi terhadap rencana hasil.
Debugging Memberikan obatbagi kegagalan fungsi.
Reference Mengeksekusi rencana dengan menjalankan obat
penyembuhan.
Instruksi Mendiagnosa, mununjukkan unjuk kerja.
Kontrol Mengimplementasikan, memprediksi, mengontrol
kegiatan yang membutuhkan presisi yang tinggi.
C. Akusisi dan Representasi Pengetahuan
Pada sistem kecerdasan buatan (Setiawan, 1993) terdiri atas dua bagian penting, yaitu:
– Basis pengetahuan berisi tentang fakta-fakta dalam domain yang dipilih.
– Mekanisme Inference adalah procedure yang digunakan untuk memeriksa basis pengetahuan secara
urut, menjawab pertayaaan, menyelesaikan masalah atau membuat keputusan dalam domain.
D. Sistem Kerja Pakar
Menurut Staugard (1987) sistem kerja pakar terbagi dalam tiga modul yaitu:
1. Modul Penerimaan Pengetahuan
Untuk mendapatkan pengetahuan sistem pakar dilakukan proses penerimaan pengetahuan.
Proses ini dilakukakan melalui interaksi dengan pakar penerimaan pengetahuan dilakukan
dengan bantuan Knowledge Engineer (KE), yaitu seorang spesialis sistem yang
menterjemahkan pengetahuanyang dimiliki seorang pakar menjadi pengetahuan yang akan
tersimpan dalam basis pengetahuan pada sebuah sistem pakar.
2. Modul Konsultasi
Sistem pakar pada modul konsultasi apabila sistem memberikan konsultasi berupa jawaban atas
permasalahan yang diajukan oleh pemakai pada modul ini pemakai yang awam berinteraksi dengan
sistem dengan memasukkan data dan jawaban-jawaban pertanyaan sistem.Data yang dimasukkan oleh
pemakai ditempatkan dalam database sistem dan kemudian diakses oleh pembangkit inference untuk
mendapatkan kesimpulan.
3. Modul Penjelasan
Modul Penjelasan adalah menjelaskan proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sistem.
E. Cara Representasi
Cara representasi dalam sistem pakar (Turban,1992) terbagi dalam toiga teknik, yaitu:
1. Production Rule
Production Rule adalah model ide dasar dari sistem yang memopresentasikan pengetahuan
dengan bentuk pasangan kondisi aksi (Jika-Maka).
2. Semantic Network
Semantic Network adalah gambaran grafis dari pengetahuan yang terdiri node atau symbol dan
hubungan atau link yang memperlihatkan hubungan hirarkis antar objek.
3. Frame
Frame adalah struktur data yang berisi semua pengetahuan tentang objek tertentu.
F. WinExsys (Perangkat Lunak Sistem Pakar)
Perangkat lunak yang sudah dikhususkan guna merancang dan membangun sistem pakar salah
satunya ialah WinExsys. Basis pengetahuan dalam WinExsys dibentuk dengan kaidah IF-THENELSE.
Suatu bentuk kaidah dalam WinExsys dapat memiliki keterangan berupa node dan reference,
node berisi keterangan mengenai kaidah tersebut dan reference berisi sumber tertulis dari kaidah
tersebut.
Kaidah-kaidah dalam WinExsys diantaranya:
1. Pengkualifikasian (Qualifier)
Pengkualifikasian adalah suatu pengetahuan interaktif untuk mengetahui data dan fakta beserta
seluruh kemungkinan jawaban.
2. Perubah (Variabel)
Perubah atau variable berbentuk numeric dan memiliki batas atas dan batas bawah
3. Pilihan Solusi (Choice)
Pilihan solusi adalah seluruh kemungkinan solusi yang dapat dihasilkan oleh sistem.
Perancangan Sistem
A. Perangkat Keras (Hardware)
Sistem pakar untuk mendeteksi dan mendiagnosa kerusakan sambungan telepon dirancang dan
dibangun untuk komputer PC (stand alone). Konfigurasi minimum yang dibutuhkan adalah komputer
dengan processor 486, RAM 16 Mb, Hardisk dan Mouse.
B. Perangkat Lunak (Software)
Sistem ini merupakan bagian dari sistem informasi kerusakan sambungan telepon yang dibuat
dengan WinExsys dan beroperasi pada sistem operasi windows 97.
Perangkat lunak yang digunakan untuk menyusun sistem pakar ini adalah WinExsys Profesional
VERSI 5,0.
C. Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem akan dilaksanakan berdasarkan metode choice/pilihan. Metode ini terdiri dari:
1. Rekayasa sistem dan analisis.
Dalam tahap ini dilakukan komunikasi antar pencari dan pengguna sistem untuk
membahas masalah yang dihadapi.
2. Analisa kebutuhan Software (Software Requiment Analisys).
Analisis tahap ini lebih dalam lagi mengenai sistem, tujuan atau fungsi yang akan
dilakukan sistem.
3. Desain (Design).
Tahap ini ditentukan konfigurasi yang dibutuhkan oleh sistem dan metode yang
digunakan dalam mengambil keputusan.
4. Pengkodean (Coding)
Pada tahap ini dilakukan perubahan hasil desain menjadi program yang dapat dibaca oleh
komputer.
5. Pengujian (Testing)
Pada tahap ini dilakukan pengujian dari kinerja sistem,mencari dan memperbaiki
kesalahan/error yang ada.
6. Pemeliharaan (Maintanance)
Pemeliharaan sistem dilakukan dengan kaidah pengambil keputusan.
D. Alur Program
Urutan proses dari sistem ini mengikuti alur sebagai berikut:
Pemasukan data dilakukan pada queri yang telah terbentuk. Setiap pertayaan kerusakan sambungan
telepon, dari data yang dimasukkan selanjutnya sistem akan mengambil keputusan berdasarkan kaidah
dalam basis pengetahuan, kemudian sistem akan memberikan prediksi dari kerusakan sambungan telepon.
Hasil dan Pembahasan
A. Proses Penerimaan Pengetahuan
Untuk melakukan identifikasi kerusakan sambungan telepon diperlukan pengetahuan mengenai:
1. Ciri-ciri kerusakan telepon
2. Jenis-jenis kerusakan sambungan telepon
3. Gejala kerusakan sambungan telepon.
Salah satu contoh proses penerimaan pengetahuan berikut ini :
KE Bagaimana suara bunyi telepon.
Ahli Merosok, kadang-kadang ada nada sambung,
Kadang-kadang tidak ada nada sambung.
KE Bagaiman kondisi pesawat telepon.
Ahli Cek cara penyimpanan gagang telepon, cek sambungan kabel dari roset.
KE Bagaimana kondisi kabel.
Ahli Cek sambungan kabel, apakah ada yang putus, apakah ada yang lepas dari rumah kabelnya.
B. Struktur dari Sistem
Sistem pakar untuk mengidentifikasikan kerusakan sambungan telepon.
Basis Pengetahuan
Kaidah-kaidah yang ada pada pengetahuan disusun berdasarkan pengetahuan yang didapat dari
proses penerimaan pengetahuan beserta asumsi dari sistem yang digunakan.
Untuk sistem perbaikan gangguan yang digunakan oleh PT. TELKOM sekarang sistematika
atau urutan perbaikanya adalah sebagai beikut:
1. Test Main Distibution Frame (MDF)/Switching/sentral.
Berbentuk software untuk mengecek disambungan mana ada yang rusak. Untuk mengecek apakah ada
kerusakan sambungan telpon pada MDF (Switcing/Sentral) maka menggunakan alat ukur sulim (alat
ukur):
• Isolasi: standar ukur yang dianggap baik =1,25Mf; C=0,15 Mf berarti ada jaringan yang putus.
• Konsleting: muncul Error Message Manual= pesan busy.
• Afleding: kedengaran suara menggerosok dan dilayar muncul tampilan RAE= 0,2 ohm; BBE 2,3 ohm.
Bila saluran baik di MDF :
Tolak ukur DAE= 0,0 V; DBE=0,0 V; RAB=10,00 m ohm; RAE= 10,00m.ohm; RBE= 10.00
m.ohm; C=0,50Mf.ohm. C= 1,25Mf.
2. Test Rumah Kabel (RK/PCP)
Untuk mendeteksi kerusakan gangguan telepon dalam tahap ini adalah :
• Cek sambungan dari MDF (Sentral House).
• Test Tone.
• Cek kabel yang saling berhubungan.
3. Test distribution Points (DP)
• Cek kabel dari rumah Kabel.
• Cek tiang.
• Cek /periksa kabel dari distribution points.
4. Asumsi-asumsi yang dibuat dalam pembuatan keputusan yaitu:
1. Setiap kerusakan sambungan harus melakukan pengecekan kepada seluruh sistem yang ada
yaitu:
 Muncul dari MDF.
 Test rumah kabel.
 Test Distribution Points.
 Test kotak terminal batas (KTB).
 Test Roset.
 Test Pesawat.
Lampiran

By mustikadevina Posted in DSS

Leave a comment